Rumah kaca bercerita tentang air
yang terus keluar dari mata seorang gadis yang semula berkaca-kaca. Tetesan
yang menceritakan tentang lembaran-lembaran buah pikiran yang tertolak berulang
kali. Pun tentang sebuah waktu yang amat sayang dikorbankan untuk mengubah
nasib. Beginilah nasibnya, metoda penelitiannya tak sesuai harapan pembimbingnya,
meski telah berulang kali ia mengubah
sesuai saran pembimbingnya. Namun, tetap hatinya patah berulang kali di
persidangan yang bukan pertaman kalinya. Jalan satu-satunya ia harus mengganti
pembimbing, tetapi enam bulan ke depan yang harus ia korbankan dan pertaruhkan.Oh, mahasiswa tingkat akhir yang selalu dinner pakai lauk ayam skripsi.
“Kakak, jangan menangis terus.
Ada yang mengintip di luar kaca itu. Apa kau tak malu?” tanya Via pada Nida.
“Biarlah. Biar semua tahu betapa
sakitnya terus-menerus ditolak seperti ini. Waktuku terkuras terus. Aku lelah
berpikir.”
“Iyakah? Tak apalah, Kak.
Teruslah semangat berjuang! Belum ada yang ingin melamar, kan?”
“Ah, kamu. Ini bukan tentang
jodoh, ini tentang orang tua.”
“Ya sudahlah, minta restu saja
sama orang tua agar semester depan saja bersamaku memakai selempang sarjananya.
Sekarang kita bermain Pou saja lah sejenak,” rayu Via membuat Nida geram.
“Viaaa!”
“Weits, what’s up sist? Hehe,”
ledek Via sebelum kabur meninggalkan Nida yang masih setia dengan sedu
sedannya.
Air yang keluar dari mata yang
semula berkaca-kaca itu kini merayu pemiliknya untuk lelah. Namun, ternyata
3600 detik berlalu dengan kesetiaannya
tersedu dalam rumah kaca. Siapapun melihatnya. Cicak, bunglon, nyamuk, semut,
jangkrik, belalang kupu-kupu siang makan nasi kalau malam minum susu. 100
detik kemudian, ia luluh dengan rayuan air matanya, ia lelah, hingga lengah
untuk kemudian lelap.
Kini rumah kaca terasa sepi
senyap, selain suara dentingan keyboard penulis dan teriakan-teriakan Pou yang
meminta dimandikan—dari kamar sebelah. Akhir kalimat, penulis meminta
pertolongan pada Ar-Rahman Ar-Rahim, agar dengan kasih sayangnya dapat
memberikan keputusan yang terbaik untuk tokoh utama ini. Semoga apapun
hasilnya, kapanpun gelar S.Pd-nya, tetap diberikan hikmah yang bermakna serta
keberkahan dari Allah SWT untuknya. Aamiin Yaa Allah.
Selamat tidur. ^_^
(Tulisan ini ditulis pada Februari 2017)
Komentar
Posting Komentar