Langsung ke konten utama

Postingan

Anak Nakal Banyak Akal oleh Rizki Dwi Utami

Judul                : Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 Pengarang        : Pidi Baiq Penerbit            : DAR! Mizan Tahun Terbit     : 2015 Halaman           : 330, tebal 20,5 cm ISBN               : 978-602-7870-41-3             Dilan: Dia Adalah Dilanku 1990 adalah novel karangan penulis multitalenta bernama Pidi Baiq. Lelaki pemilik pemikiran unik ini lahir di Bandung, 8 Agustus 1972. Multitalenta yang ia miliki selain menulis adalah sebagai seorang musisi dan pencipta lagu, ilustrator, pengajar dan komikus. Pemikiran yang uniknya membuatnya mengaku-ngaku sebagai imigran dari Surga yang diselundupkan oleh ayahnya ke bumi di kamar pengantin. Ada-ada saja memang, namun dari situ lah dapat dipastikan bahasa-bahasa uniknya menempel pada novel Dilan ini dengan apik dan menggemaskan.             Novel ini bercerita tentang seorang remaja lelaki yang juga bergabung dalam geng motor berandal bernama Dilan. Anak yang terkenal nakal seantereo sekolahnya. Mengaku-n
Postingan terbaru

Antara Kesalahan dan Penyesalan

Setiap manusia pasti miliki kesalahan, tapi setiap manusia pun miliki rasa sesal. Bukan manusia biasa jika selalu benar, bukan manusia pula jika tak pernah mau memperbaiki kesalahannya. Alhamdulillah ala kulli hal. Kesalahan membuat mata kita terbuka bagaimana seharusnya kita bertindak. Barang kali kita sering berpikir bahwa kita banyak benarnya, bahkan berpikir selalu benar. Tak ada mengalahnya. Siapa sangka, hal itu membuat kita sering tersungkur dalam kesombongan tak terkira. Memang sangat sedih, sakit sesakit-sakitnya, apabila kita sudah sangat hati-hati tapi ternyata aslinya kita jauh dari kehati-hatian. Banyak lalainya, kurang pekanya. Laa illaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzolimin . Sungguh amanah itu memang benar-benar berat. Benar-benar sulit, seperti berjalan di shirotol mustaqim bersama orang-orang yang dipimpin. Bila semua sama tujuannya karena Allah, InsyaAllah lancar melewatinya. Namun, jika ada yang salah niat ataupun salah beramalnya, bagaimana? Jatuh s

Positive Booster

"Wagelazeeeeh, gue gak mood bangeeet. Butuh mood booster , tauuu!"   Hai, cinta. Pernah, kan, mendengar kalimat itu? Atau sendirinya yang pernah bilang begitu? Hayoo ngaku! Hehe. No problem , setiap kita pasti ada kalanya merasa lelah karena panggilan fisik yang butuh istirahat, atau panggilan pikiran yang butuh ketenangan, atau panggilan hati yang butuh perhatian . Kalau seperti itu, biasanya senang mencari-cari mood booster yang dengannya berharap bisa diberi motivasi. Cieee, ngarep banget! 😀 Padahal, kan, motivator terbaik kita adalah diri sendiri. 😁 Lalu, seperti apa, sih,  mood booster yang kamu cari itu, ciiin? Harusnya, sih, mudah saja mencarinya. Toh, sebenarnya kita hanya butuh mengaktualisasikan diri dengan bersosialisasi. Hanya itu. Dengan adanya teman, akhirnya kita bisa kembalikan cerianya diri. Hanya saja kitanya yang mau menerima semua model teman atau tidak.  Ketika sudah ada teman, teman seperti apa yang kau indahkan itu? Sebatas teman ber

Adab, Ilmu, Sampai Karakter

Adab, Ilmu, Sampai Karakter Rizki Dwi Utami Keadaan pendidikan di Indonesia ini miris jika dikatakan semakin bobrok, tetapi nyatanya demikian. Kejahatan semakin marak, ketidakpatuhan semakin meraja, bahkan anak sudah lebih dari bos gurunya sebab berlaku sekehendaknya saja. Tidak apa jika berlaku sekehendaknya yang dimaksud adalah mengembangkan kreativitas, bukan malah mengganggu dan membahayakan sekitar. Ketika telah demikian, bukan hanya permasalahan siswa tetapi juga permasalahan guru dan orang tua yang turut andil dalam pendidikannya. Sebab pendidikan seharusnya senantiasa mengajarkan kebaikan-kebaikan pada setiap siswanya.   Kasus kejahatan dalam dunia pendidikan baru saja hangat tersebar di media. Penganiayaan guru oleh siswanya di SMAN 1 Torjun, Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Sebenarnya kasus penganiayaan dari siswa kepada guru bukan yang pertama kalinya di Indonesia pada tahun-tahun belakangan ini, tetapi kali ini semakin parah karena sampai menuai korban jiwa. Berawa

Jatuh Cinta

Benarkah sedang jatuh cinta? Apa itu jatuh cinta? Mengapa harus jatuh untuk mendapatkan cinta? Mana itu cinta, mana kagum? Sering kali kita bertanya dengan pertanyaan di atas, menimang-nimang pemikiran untuk menerjemahkan perasaan. Banyak orang yang, “yaudah sih, gak perlu dipikirin lebay kayak gitu. Kalau perasaan udah suka yaudah sih fitrah aja,” tapi...nyatanya menyederhanakan rasa itu sulit, ya. Terlebih lagi ketika sudah ada yang kita suka, i don’t know cinta atau hanya kagum. Awal memang kagum, misal karena kepintarannya, tapi kemudian melemah karena melihat kekurangannya. Sehingga berpindah ke lain hati, kagum karena kelembutannya misal, tapi kembali melemah perasaannya karena melihat kekurangannya pula. Begitulah perasaan dan pikiran bermain. Menyeleksi setiap yang dikagumi. Belum ada cinta yang tulus, masih pamrih dan menuntut. Begitulah perasaan, tetapi ketika diri mengetahui kriteria dari orang yang disuka, ada rasa patah karena “Ah, itu bukan gue

Rindu Menyendiri

Hal yang membuatku bingung adalah menangisi ketidaktahuan. Tidak tahu menagisi apa, tetapi hati gelisah mengundang air mengalir dari mata. "Hatimu terlalu lembek," umpat seseorang. Kupikir, semua hati manusia itu sama lembeknya, kok, sama-sama gumpalan darah, bukan? Hehe. Ya, kutahu maksudnya, aku terlalu perasa? Terlalu dalam memikirkan sesuatu tanpa lekas menjalankan apa yang dipikirkan. Gelisah bermula dari berbagai hal yang tak sejalan dengan hati (keinginan) sendiri. Termasuk berlelah-lelah. Kamu pikir, aku yang suka menulis kalimat motivasi tak pernah hampir menyerah? Salah, aku pun miliki stok yang terbatas. Hampir menyerah kerap kali kurasakan. Ingin kabur, pamit undur diri, berhenti, sering ingin kulontarkan. Nyatanya aku tak bisa berbicaa pada sesiapa tentang hal ini. Aku yang mudah terbawa tekanan saat orang lain curhat, merasa takut juga jika yang kuajak cerita tertular low motivation sepertiku. Ditambah lagi aku malu, malu jika adik-adik di kampusku tahu ba

Sebuah Ujian yang Rahasia

Entah sejak kapan hatiku terpaut padanya, seseorang yang begitu lembut bicaranya, namun juga kadang suka bandel, sih.  Gemas, pikirku. Istighfar berulang kali, tapi bagaimana? Aku tak bisa menghilangkan pikiran ini begitu saja. Memang begini lah kalau VMJ (Virus Merah Jambu) sudah menyerang, repot. Seperti lagu Maya Estianti, "Aku mau makan, kuingat kamu. Aku mau tidur juga kuingat kamu..." Halah! Menyebalkan! Apa lagi jika ditambah senyum-senyum sendiri. Halah! Aku harus apa? Jika dikatakan cinta adalah ujian? Ya. Cinta adalah perlawanan? Ya. Jika itu adalah pada yang bukan mahramnya. Ya, menguji iman kita apakah tetap murni miliki niat segalanya hanya pada Allah atau tidak. Ya, membuat kita melawan batin ini agar tidak mengeluarkan kode-kode halus ataupun keras, jika memang belum siap melangsungkan akad. Terlebih lagi lagu Akad-Payung Teduh yang sering kali diputar remaja masa kini, terbayang dialah yang menyanyikan untukku. Muncul pertanyaan, apakah dia mau denganku, a